Rabu, 20 Mei 2009

Namanya Joni

Usianya belum genap sembilan tahun. Bocah kelas tiga di sebuah Madrasah Ibtidaiyah di kawasan Labuhan Ratu Bandar Lampung. Dia adikku yang terakhir alias anak bungsu. Sayangku padanya sama seperti sayangnya seorang kekasih terhadap kekasih yang dicintainya. Dia adik yang paling cocok denganku. Padahal aku punya dua adik lainnya, tapi sekali lagi saat ini hanya Joni yang paling cocok. Bukan berarti aku tidak sayang pada adikku yang lainnya, hanya saja aku lebih bisa mengungkapkan rasa sayangku pada Joni dalam bentuk apa pun.

Seringkali kalau aku marahan dengannya, aku bertekad untuk tidak menegur, ngobrol, atau melakukan sesuatu untuknya. Tapi selalu saja aku yang kalah. Aku sangat tidak tahan kalau dieman dengan Joni. Jadinya baru beberapa menit bertekad, sudah dibatalkan. Si Joni itu cuek banget kalau aku marah. Dia malah asyik dengan mainannya sendiri atau pergi bersama teman-temannya. Tidak mempedulikan aku yang sedang marah. Saat seperti itu pasti aku yang duluan ngajak dia ngobrol. Tapi kadang nggak mudah. Pasalnya, kadangan malah dia yang masih marah.

Didalam rumah sifatnya manja namun penuh perhatian. Aku rasa tidak berlebihan kalau aku bilang semua orang mencintainya. Untuk anak seusianya, ia tergolong dewasa. Kalau sampai rumah, dia langsung membuka tasnya hendak mengerjakan PR dari gurunya, lalu memanggilku. Aku dengan senang hati menemaninya mengerjakan PR, mengajari, atau mengoreksi (walaupun kadang-kadang malas juga, hehe..). Kalau aku sedang malas biasanya dia mengadu kepada ibu, dia bilang 'Mbak Ucinya ga mau bantuin.'. Atau kalau tugasnya banyak tapi aku benar-benar sedang malas, dia menangis. Lalu biasanya aku menyarankan besok Shubuh saja mengerjakannya dan aku minta dia membangunkan kalau aku masih tidur (hehehe.. Beneran deh, kadang-kadang Joni yang bangunin aku :p). Atau kalau malam keburu ngantuk, biasanya Joni tidur cepat lalu besok shubuhnya baru mengerjakan PR. Aku sering lihat dia kepusingan mengerjakan tugas-tugasnya. Sekarang, saat aku jauh dari keluargaku termasuk Joni, kalau aku telpon mereka malam, keseringan yang pertama aku cari adalah Joni. Kadang ibuku menjawab Joni sudah tidur. Tapi Joni dengan suaranya yang serak berteriak 'Belum..!', aku mendengarnya. Lalu ibuku tertawa, ibuku bilang tadi sepertinya sudah tidur. Lalu aku ngobrol dengan Joni, selalu aku sempatkan bertanya 'Sudah ngerjain PR belum, dek?', jawabannya beragam, terkadang sudah, kadang belum, kadang tidak ada PR, kadang dia mengatakan susah banget PR-nya lalu dia mengatakan 'Coba Mbak Uci ada disini..', aku hanya tersenyum sedih lalu menyarankan agar minta dibantu dengan kakaknya yang lain. Hmm, sebenarnya aku juga ingin selalu membimbing dan mengajari adikku yang satu itu, tapi ini aku pergi jauh-jauh juga bukan untuk diriku sendiri kok, tapi untuk semuanya, untuk orangtuaku, untuk adik-adikku, dan untuk suami serta anak-anakku yang sudah mulai aku cintai sebelum terbayang nama dan siapa mereka itu (Maksudnya, ya aku berjuang sejak sekarang untuk suami dan anak-anakku kelak insyaallah).

Di lingkungan rumah, Joni termasuk bisa diterima. Hanya saja satu kekurangan Joni, dia masih suka jajan. Kalau Joni libur sekolah dan seharian ada dirumah, ada seorang ibu tetangga kami menyuruh anaknya supaya main dengan Joni saja. Beliau menganggap Joni bisa menjadi teman yang baik untuk anaknya, dan harapannya supaya mereka berdua tidak main jauh-jauh, tidak main ke sawah, ke bendungan, ke rel kereta api, atau hujan-hujanan.

Oh iya, orang bilang wajahku dan wajah Joni sama. Kami punya mata yang sipit dan pipi yang tembem. Saat kecil aku sering disebut 'China oleng'.

Suatu petang selepas Maghrib aku menelpon keluargaku ke handphone ayahku. Ibuku yang mengangkat, ternyata mereka sedang berada diatas sepeda motor di jalan menuju ke rumah dan sedikit lagi sampai. Jadi ibuku menyarankan agar aku telpon kira-kira lima menit lagi. Tapi Joni berteriak dan bilang mau ngobrol denganku. Lalu diatas motor itu dia bercerita habis bertengkar dengan kawan perempuannya di sekolah bernama Fatimah,
"Mbak Uci, tadi aku nendang Fatimah."

Aku terkejut, dan bilang "Kok gitu?"
"Iya. Gara-garanya si Fatimah itu mainan spidol ibu guru jadi aku larang, aku bilang 'eh, jangan Fatimah.', tapi Fatimahnya masih mainan aja terus aku bilangin ke ibu guru terus Fatimahnya marah, terus nonjok aku, ya aku nangis terus aku tendang dialah.."

Aku sangat geli mendengar celoteh adikku dan berusaha sebisa mungkin menahan tawaku, lalu dengan sisa-sisa tawaku aku bertanya, "Terus guru Joni tau nggak?"
"Ya tau."
"Terus gimana?"
"Ya Fatimah dimarahlah.."
"Oo.. Tapi ya harusnya jangan ditendanglah dek, dia kan perempuan. Mbak Uci juga perempuan. Kalo ada yang nendang Mbak Uci gimana?"
"Ya abisnya Fatimah itu nakal banget sie.."

Joni punya karakter yang lumayan kuat. Kalau sudah mau sesuatu, ya harus. Terus juga menurutku (ini subjektif lho..) Joni itu baik dan dewasa sekali kalau bersama teman-temannya. Sikapnya manis. Cukup dewasa. Beberapa kali aku mendengar dan menyaksikan ia membela kawannya yang memang harus dibela. Atau meleraikan kawan-kawannya yang bertengkar. Terus aku tuh suka banget dengan sikap perhatiannya padaku. Kalau dia tau aku nangis, dia menemaniku. Walaupun diam saja dan biasanya hanya bertanya dengan nada serius 'Mbak Uci kenapa nangis, Mbak Uci?'. Yah, aku jadi malu padahal aku nangis karena habis shalat, dia tiba-tiba masuk kamarku. Lalu dia duduk didekatku sampai aku benar-benar seperti biasa lagi, dan itu cukup untukku. Saat itu aku tau Joni menulis sesuatu, tak tahu apa, aku biarkan saja, aku khawatir dia jadi malu kalau aku tanya. Beberapa jam setelah itu, aku baru ingat tadi Joni menulis sesuatu. Aku cari, ada, diselipkan ditengah-tengah buku. Ternyata isinya dia bilang aku dicari kawanku yang di Labuhan Ratu. Aku tau dia bohong dan itu cuma dia yang mengada-ada, tapi aku sangat menghargai, dan itu adalah satu bentuk perhatiannya. Aku bangga menjadi kakaknya. Aku pikir, kalau dia terus-terusan seperti ini, kelak nanti ia akan jadi seorang lelaki yang punya prinsip, namun penuh perhatian.

Aku punya sebuah puisi untuknya,

Ku mencintaimu
Seperti bumi Mencintai titah Tuhannya,
Tak pernah lelah Menanggung beban derita
Tak pernah lelah Menghisap luka

Ku mencintaimu
Seperti matahari Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah Membagi cerah cahaya
Tak pernah lelah Menghangatkan jiwa

Ku mencintaimu
Seperti air Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah Membersihkan lara
Tak pernah lelah Menyejukkan dahaga

Ku mencintaimu
Seperti bunga Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah Menebarkan aroma bahagia
Tak pernah lelah Meneduhkan gelisah nyala

(puisi berjudul Kau Mencintaiku diambil dari Novel KCB 2 halaman 137. Kata 'kau' diganti 'ku')

Selasa, 19 Mei 2009

Episode Cita (bag. 3)

Kini gadis muda berhati lembut hidup berdua dengan seorang nenek tua. Rumah panggung berdinding papan membuatnya merasa berada di sebuah negeri entah dimana, mungkin negeri dongeng.

Nenek tua itu ia panggil Nik Aji. Nik Aji sangat menyayanginya. Ia menyadari hal itu karena perlakuan-perlakuan diawal yang sungguh berbeda dengan pembantu Nik Aji sebelum-sebelumnya. Nik Aji menyukai namanya, memberikan sebuah selimut yang lumayan bagus untuknya, makan satu meja, dan lainnya. Kata Engku (gelar untuk puteri keturunan raja) yang merupakan mantan menantu Nik Aji yang pada saat pertama kali gadis muda datang beliau ada dirumah Nik Aji untuk beberapa hari, gadis muda berhati lembut itu pembantu yang istimewa, spesial. Pasalnya, seumur-umur tidak ada pembantu Nik Aji yang boleh makan di meja makan bersama dengannya. Selimut pun pembantu sebelumnya malah diberi selimut yang sudah banyak bolongnya. Gadis muda sedikit tak percaya dan bertanya-tanya apa yang menyebabkan Nik Aji berlaku sedemikian kepadanya. Engku juga heran, memang gadis muda sholat dan mengaji Qur'an, tapi pembantu sebelumnya juga seperti itu, sholat dan mengaji.

Hal itu semakin menambah panjang sujud syukur sang gadis berhati lembut. Ia merasa Nik Aji adalah sebuah ganti yang diberikan Allah atas peristiwa-peristiwa yang dialaminya ketika bersama ejen tidak berprikemanusiaan di Kuala Lumpur. Ia merasa Nik Aji adalah jawaban dari doa-doanya dan doa orang-orang yang mencintainnya. Ia merasa Nik Aji adalah buah dari husnudzannya kepada Allah yang selalu ia jaga. Sungguh, Allah tidak pernah mengecewakan seorang hamba yang beriman kepada-Nya. Gadis muda selalu berdoa memohon kebaikan sifat Nik Aji, dan berlindung dari keburukan sifatnya.

Kesepian terlalu sering datang menyelimuti hati gadis muda berhati lembut. Dirumah Nik Aji tidak terlalu banyak pekerjaan. Malah ia selalu disuruh tidur siang sejak lepas Dzuhur sampai tiba Ashar. Namun gadis muda hampir tidak pernah tidur siang, ia memang masuk kamar, keseringan yang ia lakukan adalah membaca buku, tidur-tiduran, merancang peta masa depan, merenung, atau membaca Qur'an menunggu Ashar. Pada saat-saat seperti itulah ia banyak teringat kampung halamannya, teringat kedua orantuanya, adik-adiknya, dan laki-laki yang dikasihinya. Biasanya ia duduk di tepi jendela, membuka lebar-lebar daun jendela, mengkibaskan gorden, lalu diam. Saat seperti itu rasa rindu selalu menyergap jiwanya. Saat seperti itu ia menangis, mungkin ada rasa sesal. Saat seperti itu, ingin ia mengabaikan semua cita-cita yang mengantarkannya sampai ke negeri itu. Ingin pulang saja.

Setiap shalat gadis muda berhati lembut berdoa memohon agar Tuhannya berjanji padanya untuk mengumpulkan kembali ia dan keluarganya dalam keadaan utuh, di dunia dan di akhirat. Ia juga memohon agar Allah mempertemukan lagi ia dan keluarganya dalam keadaan yang lebih baik dan berkah dengan rahmat-Nya. Ia sadar, mungkin terlalu lancang berdoa seperti itu, tapi itulah yang bisa ia lakukan untuk menguatkan hatinya.

Suatu petang selepas Maghrib ia menelpon laki-laki yang dikasihinya,
"Ganggu nggak Kak?"
"Nggak."
"Lagi dimana?"
"Di rumah sakit."
"Ngapain di rumah sakit?"
"Kakak sakit. Udah empat hari dirawat di rumah sakit. Sakit tipes."
"Oo.." Gadis muda hanya tercengang dan tidak tahu harus bereaksi apa.
"Ini kalo ngobrol kepalanya sakit nggak?"
"Nggak apa-apa. Entar kalo sakit kakak ngomong."

Sekitar lima belas menit lamanya mereka berbincang. Laki-laki itu berpesan agar gadis muda menjaga dirinya baik-baik dan akan selalu menyempatkan diri berdoa untuknya. Hati gadis muda basah. Jiwanya sedih. Virus Salmonella typhosa rupanya telah berhasil menyerang tubuh lelaki yang dikasihinya tanpa memberi kesempatan untuk bertahan.

Selama dua bulan setelah melangkahkan kaki meninggalkan kampung halaman, dalam tidurnya, gadis muda selalu bermimpi berjumpa dengan orang-orang disekitarnya di Indonesia. Ibunya, ayahnya, adik-adiknya, teman-teman, lelaki yang dikasihinya, atau malah orang yang hanya satu dua kali berjumpa dengannya. Dalam kurun waktu itu, tidak pernah sekali pun orang-orang Malaysia yang ia kenal hadir dalam mimpinya. Hal itu semakin membuat haru biru hatinya. Ia semakin ingin cepat pulang dan mengabaikan cita-citanya.

Kadang ia bermimpi melihat ayahnya yang sangat merestui dirinya. Setelah bangun, gadis muda berpikir mungkin ayahnya sangat merindukannya.

Atau bermimpi bertemu lelaki yang dikasihinya lalu sahabatnya yang dulu pernah juga mengharapkan lelaki itu namun kini telah menikah melarang ia untuk berhubungan lagi dengan lelaki itu. Ah, tidak tahu. Mungkin mimpinya mengandung sebuah arti, mungkin juga datangnya dari setan yang berusaha menggoda manusia dari arah mana saja.

Masih banyak lagi mimpi-mimpi gadis itu. Mimpi yang membuatnya ingin segera pulang dan mengabaikan cita-citanya.

Mengejar Bintang

Bintang tinggi
Bintang bertaburan
Bintang bersinar
Bintang jauh
Bintang di langit hitam

Bintang itulah cita-citaku
Bintang itulah yang menyinari hidupku
Bintang itulah cahaya hatiku
Bintang itu arahku

Aku dan bintang saling merindu
Bintang memanggil-manggil namaku
Bintang menatapku
Bintang tersenyum padaku
Bintang menantiku

Bintang mengantarkan aku kesini
Ke tempat orang-orang pemimpi bintang
Tempat orang-orang menggapai bintang
Tempat orang-orang mengejar bintang

Rabu, 13 Mei 2009

Episode Cita (bag. 2)

Sebuah bus malam agak besar membawanya pergi jauh. Sepanjang jalan, gadis muda berhati lembut menjumpai bintang-bintang yang bertaburan di langit hitam. Seingatnya ini adalah malam paling banyak bintang. Seingatnya belum pernah ia melihat bintang sebanyak malam ini. Bus itu berangkat pukul 21.00 tepat waktu Kuala Lumpur. Ia diantar oleh salah seorang anak perempuan ejen berambut pirang. Ia memanggilnya Kak Ila. Kak Ila baru saja beberapa bulan mengundurkan diri dari tempat kerjanya di sebuah hotel berbintang lima di Kuala Lumpur. Ia mengundurkan diri karena menurutnya gaji sebesar RM.2000 atau sekitar enam juta rupiah tidak cukup untuk hidup di Kuala Lumpur. Gadis muda berhati lembut jadi teringat laki-laki yang dikasihinya. Laki-laki itu juga bekerja di sebuah hotel di jantung kota provinsinya. Gadis muda melihat Kak Ila itu cantik sekali. Ia jadi berpikir teman-teman kerja wanita laki-laki yang dikasihinya juga pasti cantik-cantik.

Pukul 01.00 dini hari bus belum juga sampai. Gadis muda berhati lembut tidak tahu bus yang ia naiki itu akan membawanya kemana. Ejen berambut pirang juga tidak memberi tahu berapa jam ia akan berada didalam bus.

Mendekati pukul 04.30 gadis berhati lembut terbangun dari tidurnya. Ia lihat bangku di sekelilingnya sudah kosong. Hanya tinggal ia berdua dengan sopir bus. Rasa takut pasti ada didalam dadanya, tapi ia tidak mau berpikir macam-macam. Ia maju, duduk di bangku tak jauh dari sopir. Ingin bertanya seberapa lagi jauh perjalanannya. Seketika itu di depan jalan, ia melihat beberapa orang berseragam polisi menyetop bus yang dinaikinya. Ia benar-benar takut. Pasalnya, ia orang asing disana. Entah, paspornya dimana. Ia langsung bilang kepada sopir didekatnya
"Pakcik, cemana ini, saya takda paspor?"

"Ah, tak apa, duduk saja."

Gadis muda duduk diam agak bersembunyi di kursi agak belakang. Bus tetap melaju dengan tenangnya. Sopir itu bertanya
"Memangnya paspor adik mana?"

Gadis muda hanya menggeleng-gelengkan kepala dan menjawab tak tahu.

Pukul 05.00 tepat, sopir bus turun dan berbincang dengan seorang lelaki agak gendut memakai sarung. Lalu menyuruh gadis muda untuk turun. Ia bilang laki-laki itu adalah orang yang menjemputnya.

Didalam mobil, lelaki agak gendut menyetel kaset murottal. Hati gadis muda semakin tenang karena ia yakin bahwa dirinya aman.

Keesokan harinya, ada seorang ibu yang anggun berbaju ungu beserta suaminya datang kerumah lelaki agak gendut. Lalu gadis muda dipanggil dan ditunjukkan ikut dengan sepasang suami isteri itu. Gadis muda mencium tangan ibu anggun berbaju ungu sambil memperkenalkan namanya dan bertanya
"Ibu majikan saya?"

"Oh, tak. Nanti adik duduk umah ibu saya.."

Di perjalanan menuju rumah majikan, sepasang suami isteri itu menasihati gadis muda berhati lembut agar bersabar hidup bersama dengan seorang nenek berusia delapan puluh enam tahun. Gadis muda mendengarkan. Ia meminta doa dari sepasang suami isteri itu agar diberi kemudahan.

Mobil sedan Toyota yang dinaiki gadis muda berhati lembut berhenti di pelataran sebuah rumah panggung berdinding papan. Suami isteri itu bilang itu adalah rumah orangtuanya yang berarti akan menjadi tempatnya bekerja selama dua tahun kontrak.

Mereka bertiga masuk. Lalu gadis muda dipertemukan dengan seorang nenek tua berusia delapan puluh enam tahun. Gadis muda mencium tangan nenek tua dengan penuh ta'zhim. Nenek tua bertanya siapa namanya. Gadis muda berhati lembut menyebutkan namanya. Subhanallah, nenek tua memuji nama gadis muda. Bagus sekali namanya, katanya.

Saat itu juga, gadis muda berhati lembut meminta agar suami isteri yang mengantarnya menelpon ayahnya di kampung untuk mengabarkan bahwa dirinya telah aman.

Semua Pake Waktu!

Memang bener ya kata orang kalau waktu itu mahal! Aku baru sadar. Beberapa bulan yang lalu, aku sangat berharap supaya waktu cepat berlalu. Tapi sekarang aku malah berharap supaya waktu ditambah dua jam saja, jadi jumlah waktu dalam satu hari ada dua puluh enam jam.

Gimana ga berharap supaya waktu ditambah!? Pasalnya, tugasku numpuuuk sekali. Duh, bingung deh. Padahal seluruh waktuku sudah dijadwal. Dari mulai bangun sampai tidur lagi. Kapan selesain kerjaan pokok dan kapan selesain kerjaan sampingan. Berapa jam tidur dalam sehari, mandi, sampai sholat. Semuanya sudah diatur. Tanganku juga udah mulai bisa diajak kompromi untuk kerja lebih gesit lagi. Tapi, lha kok ada aja ya kerjaan yang ketinggalan alias ga tersentuh? Belum lagi kalo ada tugas-tugas tak terduga misalkan, wah, itu yang buat jadwal sehari jadi pada mundur semua, ujung-ujungnya matahari terbenam dan langit pakai jubah hitam, terus jarum jam menunjukkan ke angka dekat tengah malam, ya sudah deh, kalo udah begitu biasanya lewat dan besoknya bertambah tumpukan kerjaan. Makanya ga boleh sama sekali telat bangun tidur ato santai-santai meski cuma lima belas menit!

Aku dan bosku sering ketawa kalo ada kerjaan baru datang lagi. Bosku tau banget kerjaanku banyak. Bosku ga bisa bantu, bukan apa-apa, tapi karena bosku juga kerja ga berhenti-berhenti tuh. Aku jadi dapet contoh dari beliau. Kalo udah ketawa, bosku paling bilang
" Nah, Suci, banyak sangat kerja Suci.."

Aku ketawa, terus jawab
" Yah, tak apalah Bu. Suci minta kekuatan dari Yang Maha Kuat."

"Suci harus pandai-pandai atur masa. Suci juga harus berehat. Nanti Suci sakit.."

"Iya, Bu.."

Untuk makan, sekarang aku juga mikir-mikir. Makan itu pake waktu. Kalo di meja makan ga ada apa-apa, berarti harus masak dulu. Wah, berapa banyak tuh waktu yang dibutuhin untuk masak nasi dan lauk pauknya? Kalo pun ada makanan sisa kemarin misalkan, kita juga butuh waktu untuk panasin makanan itu.. Belum lagi makannya, paling ga pake waktu lima belas menit. Itu juga berarti setelah suapan terakhir badan langsung gerak lagi. Hmm, waktu memang mahal ya?? Waktu, sungguh berharga dirimu..

Andainya kuat, aku pengen deh cuma tidur tiga jam dalam sehari. Sisanya biar aku pake untuk kerja sekaligus ibadah. Nah, ini dia ni yang paling penting dan disinilah letak kenikmatannya. Kita harus meniatkan semua yang kita lakukan hanya untuk Allah Swt. semata. Karena sungguh merugi kalau kita sudah capek-capek luar biasa tapi yang didapetin cuma dunia yang ga seberapa. Kalo kata Aa' Gym, ' Rugi kalo kita banting tulang cuma untuk mencari sesuap nasi. Sudah tulang yang dibanting, tapi cuma sesuap nasi yang didapat'. Tapi kalau semuanya kita niatkan untuk Allah Swt., mudah-mudahan yang kita dapat bukan hanya dunia tapi juga akhirat. Amiin..

Senin, 11 Mei 2009

Episode Cita (bag.1)

Bumi masih basah oleh air hujan saat seorang gadis muda berhati lembut terus menguatkan hatinya. Malam ini ia teringat dilepas oleh linangan air mata ibu dan kecupan penuh kasih dari ayahnya beberapa waktu lalu. Juga tatapan penuh cinta dan rindu dari adik-adiknya.

Waktu itu ia sendiri tidak mengerti mengapa menyanggupi tawaran untuk bekerja menjadi seorang pembantu rumah tangga di negeri jiran. Prosesnya pun sangat cepat. Hanya berjarak satu hari setelah kesepakatan, langsung terbang. Saat itu, hanya satu yang ia yakini, ia sangat yakin kalau orang tua merestui maka segalanya akan mudah. Ridha orang tua adalah ridha Allah.

Ia berangkat tanpa setetes pun air mata. Tak tahu. Mungkin 'bleng'. Mungkin tegar. Mungkin juga optimis. Ia berangkat dengan hati dingin. Tidak terbayang sama sekali apa yang akan terjadi. Satu yang ia jaga, husnudzan pada Allah Swt.. Bukankah Allah bergantung pada prasangka hamba-Nya?

Minggu-minggu pertama adalah ujian baginya. Bertemu dengan ejen yang tidak berprikemanusiaan adalah ujian. Ditawari meraup uang dengan cara pintas adalah ujian. Dirayu bisa segera pulang dan berkumpul lagi bersama orang tua dalam waktu enam bulan dengan membawa uang lebih dari enam puluh juta rupiah adalah ujian. Oh, tidak! Gadis muda berhati lembut terus berusaha menguatkan hatinya. Tanpa air mata, ia bicara keinginannya untuk pulang dan akan minta kiriman uang pengganti semua biaya yang telah dikeluarkan untuknya hingga berada di Malaysia, ongkos, paspor, makan, dan hotel.

Keesokan harinya, hingga pukul setengah dua siang belum juga ada telepon dari kampung halaman. Orang-orang yang diamanahi untuk mengirimkan uang sebesar enam juta rupiah belum juga sekedar mengirimkan pesan singkat untuk mengabarkan bahwa mereka akan segera mentransfer. Si gadis muda berhati lembut bingung, namun tetap tenang. Ia curiga, sepertinya beberapa kali ejen kurang ajar itu mereject telepon yang masuk. Ejen tidak berprikemanusiaan itu terus mengejek dan mengancam kalau sampai pukul dua belum juga ada telepon dari kampung atau tidak bertemu ejen lain yang mau mengambilnya untuk dijual lagi sebagai pembantu, maka saat itu juga ejen itu akan menjualnya kepada China untuk dikontrak selama enam bulan sebagai wanita simpanan. Ejen brengsek itu menuntut harus dapat uang hari ini juga sebelum pukul tiga petang. Gadis muda berhati lembut diam, bingung, tidak tahu harus berbuat apa.

Pukul dua kurang lima belas menit ia dan ejen tidak berprikemanusiaan makan di sebuah restoran. Sarapan sekaligus makan siang. Semalaman gadis itu tidak tidur dan siangnya sampai pukul dua baru makan. Ah, makan bukan hal yang ia butuhkan saat itu. Ingin rasanya ia mencari-cari kesempatan untuk kabur, tapi bingung, mau kabur kemana? Ejen sialan itu pasti pintar dan akan mengejarnya kemana saja ia berlari. Makan siang itu ia sungguh takut jika tidak ada ejen lain yang mau mengambilnya. Ia juga takut bagaimana seandainya ejen baru sama seperti ejen yang bersamanya saat itu. Ia sungguh bingung. Hatinya dingin. Harus kemana? Di sisa-sisa harapannya kepada Allah, ia beristighfar dengan sangat lemah, ia mengakui dosa-dosanya, dan berdoa agar diberi kesempatan sedikit saja untuk menjaga kesucian dirinya.

Pukul dua lebih, ia diajak ejen tidak berprikemanusiaan ke KFC di seberang restoran tempat ia makan tadi. Disana ada seorang ibu berambut pirang dengan kacamata hitam diletakkan dirambutnya, penampilannya seperti anak muda. Ejen tidak berprikemanusiaan bercakap-cakap sebentar, gadis muda berhati lembut diam, malas mendengarkan. Yang ia tahu, ia dijual kepada ejen berambut pirang itu seharga tujuh ratus ringgit atau sekitar dua juta seratus ribu rupiah. Gadis itu belum yakin kalau ejen berambut pirang yang kini berada dihadapannya benar-benar akan menyalurkan dirinya sebagai seorang pembantu. Masih, dingin hatinya.

Ejen tidak berprikemanusiaan pergi meninggalkan gadis muda berhati lembut berdua dengan ejen berambut pirang. Sebelum pergi, ejen itu berpesan 'Nih, kamu lihat kan saya cuma terima tujuh ratus ringgit!?'.

Tidak lama berdua, datang seorang anak perempuan memakai seragam sekolah berbentuk baju kurung Melayu (muslim) kira-kira berusia enam belas tahun lalu mencium tangan ejen berambut pirang. Dari pembicaraan mereka, si gadis muda tahu kalau mereka adalah ibu dan anak. Gadis muda bersyukur, hatinya agak sedikit lega.

Di perjalanan menuju apartemen ejen berambut pirang, gadis muda berhati lembut tidak tahan ingin menceritakan apa yang baru saja menimpanya. Air matanya berdesak-desakan ingin keluar dari kelenjarnya. Dan seketika itu juga ia tidak segan bercerita tentang dirinya yang hampir dijual. Ejen berambut pirang terkejut mendengarnya. Anak perempuan yang memakai baju kurung yang duduk disampingnya mengelus-elus bahu gadis muda berhati lembut dan berkata 'cup.. cup.. Sudah, jangan nangis lagi ya?'. Ejen berambut pirang meyakinkan bahwa dirinya sudah aman. Ejen itu juga menyarankan agar gadis muda jangan lagi sesekali menghubungi ejen tidak berkeprimanusiaan.

Saat itu, gadis muda berhati lembut tersadar kalau dirinya telah berada di lingkungan yang aman. Ia telah bebas lepas dari orang yang hampir saja mendorongnya kedalam jurang kemaksiatan.

Dalam sujudnya, gadis muda bersyukur atas pertolongan dan kebesaran Allah. Dia memang Maha Rahman dalam setiap keadaan.

Sabtu, 09 Mei 2009

SMS Biru (bag. 2)

Satu bulan setelah akhwat tersebut mengirimkan SMS biru kepada sahabat ikhwannya, tidak ada yang berubah. Sikap mereka tetap bersahabat. Keduanya tetap merasa dekat. Mereka tetap saling berkirim SMS ria. Menanyakan keadaan, curhat, berbagi inspirasi, dan lainnya. Seperti biasa. Seolah tidak pernah ada SMS biru.

Aneh. Bagi si akhwat ini semua aneh. Belum pernah ia seakrab itu dengan seorang lelaki. Jangankan akrab sampai curhat, diajak berkenalan pun rada susah. Tapi ini aneh, harusnya ia malu karena telah berani menyampaikan pernyataan kepada seorang ikhwan tentang perasaannya. Harusnya ia tidak perlu lagi berkomunikasi dengan seorang ikhwan yang telah jelas tak ada maksud lain kepada dirinya selain sahabat. Sekali lagi, aneh. Sering ia bertanya dalam hati 'sampai kapan akan begini?' .

Ingin ia menepis semua rasa yang ada didalam hati. Ingin ia tulus bersahabat dengan ikhwan itu.

Mungkin akhwat tersebut sangat menyayangkan jika sampai kehilangan seorang seperti sahabatnya itu. Dimatanya, ikhwan itu memiliki semua yang ia inginkan. Ia suka cara ikhwan itu meladeni dirinya, marahnya, cueknya, pedulinya, dan semuanya. Dan herannya lagi, ia bisa mencurahkan sedemikian kasihnya kepada sahabat ikhwannya. Suatu hal yang tidak bisa ia lakukan selama ini. Dan ia juga merasa ikhwan itu sungguh menghargai dan menikmati semua pemberiannya. Sebenarnya, kalau saja ia bisa meninggalkan ikhwan itu, selesailah masalah yang menyangkut hatinya. Toh, ia sekarang aman. Tempat kerjanya mendukung ia untuk tidak bertemu dengan seorang lelaki manapun. Dan selama ini sangat jarang lelaki mengenalnya. Teman lelaki, bisa dihitung dengan jarinya.

Di suatu malam ia berdoa,
" Ya Rabbi, siapa sebenarnya ikhwan itu? Mengapa susah sekali menepis bayangnya? Hamba ingin melupakan dia walau satu detik saja..

Ya Rabb.. Hamba mohon sucikan hati ini. Hamba mohon bersihkan hati hamba.. Hamba memang menginginkannya.. Tapi sungguh hamba serahkan semua kepada-Mu..

Duhai Rabb.. Jika ada kasih antara kami, sungguh kami menitipkan kasih ini kepada-Mu. Karena kami sungguh lemah, tak akan mampu memikul beban kasih dari-Mu. Amin.. "

Jumat, 01 Mei 2009

Mei yang Membahagiakan

Selamat datang Bulan Mei.
Bulan yang membahagiakan bagiku. Datangnya paling disambut diantara bulan-bulan yang lain. Karena di bulan inilah aku dilahirkan, dua puluh dua tahun yang lalu.

Mei kali ini aku melaluinya sendirian. Di negeri orang. Biasanya ibuku selalu membeli bakso dibungkus dan dibawa pulang ke rumah. Kalau sedang tidak ada uang, biasanya hanya beli tiga bungkus jadi satu bungkus dibagi untuk dua orang. Ya, jumlah keluarga inti dirumahku ada enam orang. Ibu, ayah, aku dan tiga adikku. Begitu selalu. Kalau keluarga dirumah ada yang berulang tahun ibu dan ayahku selalu menyiapkan budget untuk beli bakso.

Tapi Mei kali ini dan mungkin tahun besok aku melaluinya sendirian. Meski aku yakin seisi rumah ingat tanggal lahirku. Aku ingat, beberapa tahun yang lalu, waktu aku kelas tiga SMA, ibuku memberikan kado yang dibungkus dengan rapihnya untukku. Dan isinya? Subhanallah.. Isinya adalah dua bungkus wafer Tango. Memang harganya tidak seberapa, tapi sungguh kesannya luar biasa. Aku masih ingat sampai sekarang, dan akan selalu kuingat sampai mati. Dan saat aku sudah mati, di akhirat nanti akan aku jadikan saksi di hadapan Allah bahwa ibuku baik sekali dan agar Dia berkenan memaafkan segala kekurangan ibuku lalu meridhainya untuk masuk kedalam surga-Nya yang kekal abadi. Ah, basah pipiku mengetik artikel ini. Aku rindu ibu, ayah dan adikku. Kalau aku ada ditengah-tengah mereka pasti mereka menyalami aku, mengucapkan selamat padaku, dan mendoakan kebaikan untukku.

Aku rindu dua bungkus wafer Tango dari ibuku..

Selasa, 28 April 2009

Perjalanan Seorang Akhwat Untuk Berjilbab

Setiap akhwat pasti mempunyai perjalanan masing-masing untuk memakai hijab alias menutup auratnya. Ada mungkin yang perjalanannya mulus-mulus saja seperti sebuah mobil yang melaju diatas jalan tol. Ada juga yang musti melewati rintangan panjang yang tak jarang membuat sang akhwat tersebut berjatuhan, atau belum juga berhasil menutup auratnya.

Salah satu kawan saya bercerita. Dulu dia mendapat hidayah untuk menutup auratnya adalah ketika sudah kelas tiga SMK. Terang saja kedua orang tuanya keberatan karena alasan seragam sekolah yang 'tanggung'. Lalu mungkin karena hidayah yang sudah tertanam kuat di dalam dada, dan juga keinginan yang membuncah-buncah dan sudah tidak bisa dibendung lagi, kawan saya tersebut berjuang sendirian, tanpa bantuan kedua orang tuanya sama sekali. Ia mencari kesana kemari untuk meminta kepada kakak kelas yang sudah lulus dan seragam sekolahnya sudah tidak terpakai agar diberikan kepadanya. Alhamdulillah, dapat. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali ia berangkat ke sekolah dengan seragam 'baru' yang menutup aurat (meskipun saat itu belum dapat seragam Pramuka). Seisi rumah kaget melihat penampilan kawan saya itu. Namun mau bagaimana lagi?? Pasrah. Ketika sudah hari Kamis berarti besoknya hari Jumat dan besoknya lagi hari Sabtu yang mengharuskan memakai seragam Pramuka, kawan saya mendapat kejutan, orang tuanya memaksakan diri membelikan seragam Pramuka. Namun ada yang disayangkan, hingga kini komunikasi mereka agak terganggu, kawan saya bilang memang keluarganya masing-masing punya pendapat sendiri dan sangat kuat, kalau sudah punya pendapat maka yang lain tidak bisa mengganggu gugat si empunya pendapat itu.

Kawan saya yang satu ini lain lagi ceritanya. Dia sahabat kecil saya sewaktu rumah kami masih sama-sama di belakang DCC Wisma Bandar Lampung. Sahabat kecil saya itu anak tunggal, cerdas (sayangnya saya ga secerdas dia, hehe..). Dimanapun dia sekolah, maka tahun berikutnya (karena perbedaan usia satu tahun antara saya dan sahabat kecil saya), orang tua saya memasukkan saya ke sekolah teman saya itu. TK Aisiyah Bustanul Atfal Labuhan Ratu, dan SDN 2 Beringin Labuhan Ratu. Tapi sayang, persahabatan kami cuma sampai saya kelas tiga SD. Waktu itu dia pindah rumah ke Kampung Baru (kampungnya mahasiswa) yang lokasinya ga jauh dari Universitas Lampung. Dan saya beserta kedua orang tua pindah rumah ke Natar Lampung Selatan.

Sewaktu sahabat kecil saya kelas enam SD, ayahnya meninggal. Jadi dia hanya hidup berdua dengan ibunya. Ibunya yang memang seorang mu'alaf (sewaktu akan menikah), hingga saat ini belum mengijinkan sahabat kecil saya itu untuk berjilbab. Dengan alasan klasik, takut susah cari kerja. Saya yakin di dalam hati sahabat kecil saya itu ada sebuah keinginan yang mendera-dera kuatnya luar biasa untuk berjilbab. Tapi karena ia sungguh menghormati ibu yang sudah membesarkan dan merawatnya sendirian hingga kini ia kuliah di Biologi FMIPA Universitas Lampung, maka ia urungkan niat sucinya, mungkin ia menunggu saat yang benar-benar tepat untuk berhijab.
(Sungguh, aku berdoa untukmu sahabat kecilku agar dirimu bisa secepatnya diberi jalan keluar atas keinginanmu, Amiin..
Ah, aku jadi rindu masa kecil kita dulu lepas Shubuh berangkat ngaji sama-sama ke masjid yang ada di Universitas Muhammadiah deket sekolah TK kita? Btw, gimana ya kabar guru TK kita itu? Aku udah lupa wajah mereka. Ups.. ^_^)

Umm.. Kalo cerita saya lain lagi. (Ada yang pengen tau ga? Hehehehehe..).
Sejak kecil saya sukaaa sekali melihat mbak-mbak yang berjilbab (persisnya sejak kapan dan umur berapa saya tidak tau). Mereka kelihatan anggun! Jujur aja, dulu, saat masih SD, kalo saya berangkat ke sekolah atau kemana-mana aja terus disapa dengan mbak-mbak yang berjilbab (dulu masih jarang kan jilbab?), dada saya langsung mengembang, rasanya saya terbang ke langit-langit biru, ge-er, dan bahagianya luar biasa karena disapa (sungguh, rasa bahagia saat disapa mbak-mbak berjilbab itu masih bisa saya rasakan sekarang). Lalu saya bercita-cita suatu hari nanti akan berjilbab seperti mbak-mbak itu.

Sering saya sampaikan kepada kedua orang tua saya, kalau sudah lulus SD saya inginnya melanjutkan sekolah di MTs saja, karena di sekolah tersebut seluruh siswinya wajib memakai jilbab. Saya ingin pakai jilbab!

Sewaktu lulus, orang tua saya merayu-rayu dan memberikan pertimbangan-pertimbangan agar saya sekolah di SMP umum saja. Yah, namanya juga anak baru lulus SD, dirayu sedikit aja langsung deh ikut.. Itulah, akhirnya saya belum jadi berjilbab saat SMP. Waktu itu pertimbangan orang tua saya seperti biasalah, takut susah cari kerja.

Walaupun terkena bujuk rayu sekolah di SMP biasa dan belum jadi pakai jilbab, keinginan untuk menutup aurat itu tidak serta merta hilang begitu saja. Keinginan itu tetap ada. Malah semakin kuat, semakin tertancap, dan seperti mendarah daging, menyatu dengan sumsum tulang. Dan di tengah-tengah perjalanan SMP saya sungguh menyesal mengikuti saran kedua orang tua saya. Saya menangis sejadi-jadinya. Saya minta pakai jilbab. Saya sampaikan keinginan saya itu kepada kedua orang tua saya sambil terisak-isak, marah, dan lelehan air mata yang tiada henti mengalir. Orang tua saya bingung. Mereka hanya diam. Ga gampang bagi orang-orang seperti kami mencari uang untuk membeli seragam sekolah baru dan segala perlengkapan berjilbab. Akhirnya, saya dirayu lagi. Orang tua saya bilang nanti aja SMA pakai jilbabnya. Dan orang tua saya juga meminta saya mempertimbangkan lagi bagaimana seandainya susah cari kerja nanti. Saya kekeuh, saya tetap ingin berjilbab. Tidak apa SMA nanti..

Tak lama lagi, sewaktu Bulan Ramadhan kalau tidak salah, saya menangis lagi. Saya ingin berjilbab. Secepatnya. Saya menangis sejadi-jadinya. Lalu sambil terisak-isak saya meminta kepada orang tua saya agar uang jatah beli baju lebaran saya dibelikan seragam sekolah saja. Orang tua saya melarang. Dan tidak memberikan pilihan lain selain bersabar sampai SMA. Andai dulu saya tahu kalau kakak kelas berjilbab yang sudah lulus SMP mau memberikan seragam sekolahnya yang sudah tidak terpakai lagi, pasti saya akan meminta pada mereka.

Hari-hari berikutnya adalah hari-hari mempersiapkan segalanya. Hati, akhlak, ibadah, baju-baju panjang, dan semuanya..

Waktu terus berlalu, hingga suatu pagi saya diantar langsung oleh Ayah saya untuk daftar ulang di sebuah SMA Negeri favorit sekecamatan. Alhamdulillah, sewaktu SMP prestasi belajar saya lumayan baik hingga saya berhasil masuk ke SMA Negeri. Daftar ulang pagi itu sekalian ukur baju. Saya memastikan kepada seorang yang mengukur baju itu kalau seragam yang akan saya pakai nanti adalah panjang, untuk siswi berjilbab. Saya tidak mau salah. Bisa brabe kalo sampe saya dapat seragam pendek. Bisa-bisa saya harus ulang dari nol lagi untuk pakai jilbab!

Dan hari yang dinanti-nanti itu datang juga. Ada rasa sejuk seperti embun yang menetes pagi hari di hati saya. Indah, damai, tentram. Saya hanya bisa menatap kedua orang tua saya untuk mengucapkan terima kasih tiada terkira atas izin dan kemudahan yang diberikan. Di sepanjang jalan, saya menunduk. Rasa malu menyelimuti seluruh diri saya. Kalau berjumpa dengan teman-teman, saya hanya bisa mengembangkan senyum, hingga mata saya yang sipit terasa menghilang dikarenakan wajah saya yang dipenuhi pipi yang mengembang. Rasa haru dan bahagia luar biasa. Teman-teman banyak yang memberi ucapan selamat dan mendoakan semoga saya bisa istiqomah menjaga hijab.
Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillah..
Allahu a'lam.

(Jazakumullah khairan katsir buat kedua orang tuaku, adik-adik yang mengikutiku, dan teman-teman yang menguatkan aku.

Sujud syukur sepenuh penghambaan kupersembahkan untuk DIA yang memberi hidayah sejak kecil kepadaku)

Rabu, 22 April 2009

Surat Cinta dan Kasih Sayang Allah

Saat kau bangun pagi hari, AKU memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepada-KU, walaupun hanya sepatah kata, meminta pendapat-KU atau bersyukur kepada-KU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kemarin...
Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja...
AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap
AKU tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaku,
tetapi engkau terlalu sibuk...
Di satu tempat, engkau duduk di sebuah kursi selama lima belas menit tanpa melakukan apa pun.
Kemudian AKU melihat engkau menggerakkan kakimu AKU berfikir engkau akan berbicara kepadaku tetapi engkau berlari ke telepon dan menghubungi seorang teman untuk mendengarkan kabar terbaru.
AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU menanti dengan sabar sepanjang hari.
Dengan semua kegiatanmu AKU berfikir engkau terlalu sibuk mengucapkan sesuatu kepadaku.
Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepada-KU, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu.
Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut nama-KU dengan lembut sebelum menyantap rizki yang AKU berikan, tetapi engkau tidak melakukannya...

Masih ada waktu yang tersisa dan AKU berharap engkau akan berbicara kepada-KU, meskipun saat engkau pulang kerumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.
Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV, engkau menghabiskan banyak waktu setiap hari didepannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati acara yang ditampilkan.
Kembali AKU menanti dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati makananmu tetapi kembali kau tidak berbicara kepada-KU...

Saat tidur, KU pikir kau merasa terlalu lelah.
Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidur dan tertidur tanpa sepatah pun nama-KU kau sebut.

Engkau menyadari bahwa AKU selalu hadir untukmu.
AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari.
AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain.
AKU sangat menyayangimu,
Setiap hari AKU menantikan sepatah kata, doa, pikiran, atau syukur dari hatimu..

Keesokan harinya...
Engkau bangun kembali dan kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberi sedikit waktu untuk menyapa-KU...
Tapi yang KU tunggu tak kunjung tiba...
Tak juga kau menyapa-KU.
Shubuh... Dzuhur... Ashar... Maghrib... Isya...
Dan Shubuh kembali,
kau masih mengacuhkan AKU.
Tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa, dan tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepada-KU..
Apa salah-KU padamu.. wahai ummat-KU???
Rizki yang KU limpahkan, kesehatan yang KU berikan, harta yang KU relakan, makanan yang KU hidangkan, anak-anak yang KU rahmatkan.
Apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepada-KU...!!!
Percayalah AKU selalu menyayangimu, dan AKU tetap berharap suatu saat engkau akan menyapa-KU, memohon perlindungan-KU...
yang selalu menyertaimu setiap saat...

Sumber : http://nurilyunus.blogspot.com

Manfaat Bunga Rosella

TEH ROSELLA atau TEH MERAH dikenal dengan nama beragam : Teh Rosella, Hisbiscus tea, Teh Mekkah, Teh Yaman. Disebut juga Karkade (Arab), Kezeru (Jepang), Merambos Hijau (Jateng), Asam Kesur (Meranjat), Keseu Jawe (Pagar Alam), Asam Jarot (Sp. Padang), Asam Rejang (Muara Enim), dan Hisbiscus Sabdariffa L. (Latin).

DEP.KES.RI.NO.SPP.1065/35.15/05
Tiap 100 gr mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2. Kandungan vitamin C 3 kali lipat anggur hitam, 9 kali lipat jeruk sitrus, 10 kali lipat lebih besar dari buah belimbing dan 2,5 kali lipat dibanding vitamin C dalam jambu biji (kelutuk). Selain itu Teh Rosella mengandung KALSI UM tinggi (486/100 gr). Magnesium serta Omega 3. Teh Rosella juga diperkaya vitamin A, Iron, Potasium, Beta Caroteen dan Asam Esensial.

Manfaat dari Teh Rosella ini antara lain :
- Meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.
- Menormalkan kadar gula darah, asam urat, dan kolesterol dalam tubuh.
- Baik untuk perokok karena dapat mengurangi dampak negatif dari Nikotin serta dapat membasmi virus TBC dan mengurangi ketergantungan terhadap narkoba, serta mencegah kanker.
- Mengatasi batuk, sakit tenggorokan, mengobati sariawan.
- Mengawetkan kehalusan kulit dan mengurangi keriput.
- Dapat menurunkan berat badan, cocok untuk program diet.
- Melindungi dari infeksi kuman, anti bakteri, anti virus serta dapat mengobati keracunan.
- Bagi anak-anak bermanfaat mempercepat pertumbuhan otak, karena mengandung Omega-3 dan memacu pertumbuhan DHA.
- Memperbaiki metabolisme tubuh, memperlambat menopouse dan tulang keropos/pengapuran tulang.

Sumber : http://myrosella.blogspot.com

Selasa, 21 April 2009

Kebaikan yang Terhapus


Hampir semua orang yang mengenal akhwat yang satu ini mengatakan bahwa akhwat ini orangnya baik sekali. Ibunya, ayahnya, adik-adik, teman, bahkan atasannya. Semuanya bilang kalau akhwat ini baik. Hmm.. Kalau sudah ada orang yang ngomong seperti itu biasanya si akhwat hanya sedikit tersenyum, lalu menimpali 'kamu bisa bilang aku ini orangnya baik, karena kamu belum tau kekuranganku. Nanti kalo kamu udah tau kekuranganku (aibku), aku ga yakin kamu akan tetep mau jadi temenku..' .

Rupanya, akhwat tersebut pernah trauma dengan kawan yang pernah memujinya. Dulu, beberapa tahun lalu, ia sempat dekat dengan teman akhwat yang masih terbilang tetangganya, mereka satu halaqah. Dalam kurun waktu itu, mereka selalu bersama-sama, berbagi apa yang ia punya, yah, keseringan berbagi cerita, ilmu, dan asa. Teman itu mungkin memang benar-benar merasakan kebaikan akhwat tersebut, hingga temannya itu berkata ' iih.. Kamu ini baik banget ya? Aku harus belajar dari kamu. Aku bersyukur punya temen kaya' kamu.. '. Lalu, berjalanlah waktu, dan seketika akhwat tersebut khilaf dan melakukan kesalahan yang sebenarnya masih sangat-sangat bisa diperbaiki. Lalu karena merasa bersalah, akhwat itu semakin menjauh dari teman-temannya (sesama akhwat), dia sungguh merasa bersalah dan ingin menyendiri, memperbaiki kesalahannya. Teman yang tadi dekat dengannya sering mencari-cari, kerumahnya, atau mencoba telepon dan SMS. Teman itu berkali-kali mendatanginya, dan selama itu pula menghakimi akhwat tersebut, memaparkan semua kesalahan-kesalahan yang dilakukan akhwat itu. Sampai akhwat tersebut tercengang dan tak bisa berkata apa-apa. Setiap kali temannya datang, ia hanya mempersilahkan temannya duduk, lalu ia diam mendengar semua dakwaannya. Ia tak bisa berkata apa pun. Pernah, beberapa kali ia mencoba bertanya masalah lain, mencoba membuka pembicaraan ' gimana sih cara daftar untuk pemilih Bupati ' (kebetulan waktu itu mendekati pemilihan Bupati), dan Anda tahu apa jawaban temannya? Temannya menjawab ' Huuh.. Makanya liqo' jadi udah terdaftar' . Oo.. Begitu. Akhwat itu hanya bisa berusaha melapangkan dadanya dan introspeksi, memang dia salah. Pernah juga ia meminta kesempatan untuk memperbaiki semuanya, tapi temannya menjawab ' Ih, kamu ini pengennya dimengerti, tapi ga mau ngertiin keadaaan orang lain.' . Iya, iya, memang akhwat itu salah. Dan rupanya satu kesalahan itu telah berhasil menghapus seluruh kebaikan yang selama ini berusaha ia torehkan dalam kanvas kehidupannya.

Kini temannya telah menikah. Sungguh ia merasa ikut bahagia atas pernikahannya. Namun ia enggan menghadiri walimatul 'ursy teman yang pernah dekat dengannya itu. Waktu itu ia sengaja pergi ke Bandung, dengan harapan ada alasan jika nanti ada yang bertanya kenapa tidak hadir ke walimahan temannya.

Mungkin terlalu dalam luka yang temannya torehkan ke hatinya. Sebenarnya akhwat tersebut sungguh-sungguh tidak ingin kalau hatinya ada suatu rasa ketidakridhaan terhadap seseorang. Ia takut kalau sampai ia mati masih membawa luka itu. Namun mau bagaimana lagi? Ternyata waktu lebih dari satu tahun (hingga saat ini) belum mampu menghapus luka itu. Ia masih menangis kalau tak sengaja ingat kejadian yang sempat membuatnya drop dan putus asa pada dirinya sendiri.

Dan kini setiap ada teman-teman atau siapa pun yang bilang kalau akhwat ini orangnya baik, ia pasti menyanggah. Ia selalu bilang ' Kamu bisa bilang aku ini baik, karena kamu belum tau kekuranganku. Nanti kalo kamu udah tau kekuranganku, aku ga yakin kamu masih mau jadi temenku.. '

Senin, 20 April 2009

Walimah? Bersiap Yok!?


Dalam waktu satu hari saja, mungkin kita menjumpai sekitar tiga orang wanita (atau mungkin lebih) yang usianya sudah hampir kepala tiga bahkan kepala empat namun belum juga menikah. Sekilas kita mengira bahwa mereka itu sudah punya anak, sudah menjadi seorang ibu. Raut wajah dan postur tubuh sungguh menunjukkan demikian. Beberapa kali saya mendapat kesempatan berkenalan dengan wanita dan saya panggil mereka ibu. Setelah ngobrol-ngobrol, eh, ternyata mereka belum menikah (Astaghfirullah.. Semoga Allah dan mereka yang saya maksud memaafkan ketidaktahuan saya). Sungguh, saya kagum dengan mereka. Mereka sanggup diuji sedemikian oleh Yang Maha Mentakdirkan. Mereka mampu hidup sendirian di dunia yang penuh dengan senda gurau ini. Hmm, kenapa saya katakan mereka sanggup dan mampu? Karena bukankah Allah menguji hamba-Nya sesuai dengan kemampuannya? Dalam Al Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 286 yang artinya :

" Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa) : " Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami pikul. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami, Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir ".

Mungkin salah satu penyebab di dunia ini ada banyak wanita yang sudah rawan usianya namun belum juga menikah, adalah karena perbandingan jumlah antara wanita dan pria yang tidak sepadan. Banyak orang bilang empat banding satu. Oleh itu, sungguh benarlah sunnah Rasulullah SAW. , poligami.

Mungkin berat (pastinya) untuk poligami. Terutama bagi sang isteri. Tapi sadarlah, suami kita itu bukan sepenuhnya milik kita. Iyalah, bukankah dia milik Allah?? Dia juga selamanya tetap milik ibunya. Ada hak orang lain disana. Izinkanlah para wanita lain juga mencicipi manisnya pernikahan. Dan bagi para lelaki (suami) saya beberapa kali mendengar ada yang kekeuh tidak mau poligami. Yah, tentu saja saya salut. Tapi kenapa? Tidak kasihankah kalian para lelaki kepada kami para wanita?

Maaf sebelumnya, sungguh usia saya masih sangat muda dan masih dalam tahap wajar jika belum menikah. Tapi sungguh, hati saya trenyuh plus kagum melihat mbak-mbak dan teteh-teteh saya yang bahkan usianya sudah kepala empat tapi masih hidup sendirian. Lalu saya memposisikan diri saya terhadap mereka. Oh.. Betapa pahitnya.

Lalu, buat kawan-kawanku yang sama denganku, masih dalam tahap wajar jika belum menikah, mari kita bersiap yok? Siap disini maksudnya bukan siap jika ada yang cepat datang melamar. Namun juga bersiap andainya Allah menguji kita tidak menikah dalam waktu dekat. Rencanakanlah dari sekarang sebanyak-banyaknya cita-cita. Agar nanti, jika Allah mentakdirkan kita lambat menikah, ada sesuatu yang kita kerjakan, ada sesuatu yang kita usahakan untuk kebaikan diri kita dan lebih bagus lagi untuk orang lain juga. Dan yang paling penting adalah kita disibukkan dengan perkara yang bermanfaat hingga kita tidak terlalu fokus meratapi nasib diri yang belum juga menikah dalam usia renta. Maaf, tentunya bukannya saya berprasangka kita bakal lambat nikah. Sama sekali tidak! Tapi saya hanya ingin mengajak teman-teman untuk bersiap agar nanti jika itu benar terjadi kita tak terlalu larut dalam kedukaan. Bukankah sedia payung sebelum hujan itu lebih baik? Jika benar hujan, maka bersyukur kita tak kebasahan. Namun jika tidak hujan, tentu hati kita tetap tenang karena sudah siap. Dan andainya ternyata Allah mentakdirkan kita cepat menikah, Alhamdulillah.. Serta jangan jadikan menikah sebagai penghalang menggapai cita-cita yang sudah kita siapkan. Semoga apa yang menjadi cita-cita kita menjadi cita-cita suami kita juga, Amiin..

Berhusnudzan pada Allah. Itulah yang harus selalu kita pegang atau tanamkan. Apa pun yang terjadi pada diri kita, yakinlah itu yang terbaik buat kita. Karena Allah swt Maha Tahu segala yang ada di hadapan dan di belakang kita. Sungguh, dalam setiap kejadian terdapat hikmah yang luar biasa. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang bisa mengambil hikmah. Allahu a'lam bishawab..

Sabtu, 18 April 2009

Hari Ini Aku Mengeluh Lagi

Hari ini aku mengeluh lagi. Mengeluh pada kawanku. Sungguh aku kelelahan. Lelah fisik dan juga ruh. Aku drop. Banyak tugas, tidur lewat, dan malas makan. Pantaslah tiga minggu belakangan ini badanku terasa tak karuan. Mujur aku masih bisa bertahan, Alhamdulillah..

Disaat-saat seperti itu, biasanya aku mengeluh pada kawanku. Lewat SMS, atau sering juga telepon. Bukannya apa-apa. Aku hanya berharap balasan SMS atau canda tawa ceria di telepon dapat menghibur dan sedikit menghapus lelahku. Bahkan tak jarang SMSku yang tak dibalas pun bisa merubah keadaan hatiku. Hingga aku berfikir, mungkin kawanku itu tak ada pulsa lalu hanya bisa mengirimkan doanya untukku, maka jadilah aku merasa segar kembali.

Tapi salah ga sih aku mengeluh selain kepada Yang Satu?? :)

Jumat, 17 April 2009

Fotoku,

Ini fotoku di pantai Tok Bali, Kelantan, Malaysia ^_^

Kamis, 16 April 2009

Tatkala Letih Menanti



Menunggu adakalanya terasa mengasyikkan
banyak waktu kita miliki untuk berfikir
sendiri seringkali sangat kita perlukan
meneropong masa silam yang telah terlewat

Mungkin ada apa yang kita cari
justru tersembunyi dilipatan waktu yang tertinggal
mungkin ada apa yang kita kejar
justru tak terjamah saat kita melintas

Menunggu lebih terasa beban yang membosankan
banyak waktu kita terbuang tergilas cuaca
sendiri seringkali sangat menyakitkan
meneropong masa depan dari sisi yang gelap

Mungkin ada apa yang kita takuti
justru tlah menghadang di lembaran hari-hari nanti
mungkin ada apa yang kita benci
justru tlah menerkam menembusi seluruh jiwa kita

Memang seharusnya kita tak membuang semangat masa silam
bermain dalam dada
setelah usai mengantar kita tertatih-tatih sampai disini..

Bahagia Menjadi Seorang Pembantu

Mungkin ada sebagian dari kita yang gengsi menjadi seorang pembantu PRT. Untuk apa? Tidak ada yang bisa dibanggakan. Ia ibarat keset. Tempatnya dibawah. Keset selamanya akan jadi keset, ga mungkin keset jadi peci??

Tapi ingatlah peran apapun yang kita lakukan selama mendatangkan manfaat bagi diri kita sendiri apalagi orang lain, ia akan mendatangkan kebahagiaan di sudut hati kita. Seorang pembantu harusnya bahagia ketika melihat baju yang dipakai majikannya bersih dan rapih berkat hasil kerja tangannya. Seorang pembantu harusnya bahagia melihat bunga-bunga di taman rumah majikannya bermekaran karena tangannya yang menyirami. Dan banyak sekali kerja-kerja kecil yang kelihatannya 'sepele' tapi sesungguhnya luar biasa manfaatnya. Itu baru di dunia, di akhirat.. Entahlah, hanya Allah saja yang berhak membalas kerja-kerja mereka.

So, buat temen-temen yang saat ini berprofesi sebagai pembantu jangan berkecil hati ya!? Sungguh Allah telah menyiapkan pahala dan derajat yang tinggi disisi-Nya. Biarlah menjadi misteri dan tabungan kita di akhirat.

Sedangkan saat ini, ketika masih di dunia, sadar ga, sesungguhnya Allah SWT telah memberikan balasan tunai untuk temen-temen semua, apa coba? Yaitu berupa ketenangan dan kelapangan hati karena bahagia menyelimuti jiwa. Temn-teman bahagia karena teman-teman memudahkan urusan orang lain. Teman-teman bahagia karena teman-teman memudahkan majikan. Dan ingat hadits Nabi SAW, 'Siapa yang memudahkan satu urusan seorang muslim di dunia, maka Allah akan memudahkan satu urusannya di akhirat kelak.' (Afwan, lupa perawinya). Iya, kan? Betul tidak?? :)

Dan bagi semua yang saat ini diamanahkan Allah mempunyai seorang pembantu, sayangilah mereka. Sayang bukan karena kasihani mereka yang miskin. Bukan itu. Tapi karena mereka (para pembantu) juga sama dengan Anda, sungguh sama kedudukan kita di Mata-Nya. Segala ibadah fardhu (shalat,dll) menjadi tanggung jawab Anda.

Akhirnya, mari yok kita bahagia? Bahagia atas apapun yang kita terima dan kerjakan, selama itu masih dalam kebaikan dan diniatkan menggapai ridha-Nya.

Oke, sekarang SmiLe?? :-)

Rabu, 15 April 2009

SMS biru


Terjalin sebuah kisah persahabatan antara seorang ikhwan dan akhwat kurang lebih setahun yang lalu. Dari awal memang si akhwat kurang yakin kalau dirinya bisa menjalin sebuah persahabatan yang murni karena Allah SWT. semata. Dan dalam satu tahun perjalanan si akhwat semakin merasa cocok dengan sahabatnya itu. Baik, keren, cakep, nyambung, wah.. pokoknya 'klop' banget deh.. Hingga suatu hari si akhwat pergi merantau jauh.. Ketika jauh dan jarang berkomunikasi, akhwat tersebut semakin merasa kalau hatinya dan hati sahabatnya itu 'satu', sama.. Entah, ia tak sadar sejak kapan persahabatannya itu terkena polusi-polusi yang membawa virus merah jambu itu. Akhirnya si akhwat mengirimkan SMS 'biru' kepada sahabat tercintanya itu..

" Assalamu'alaykum,
akhi,kenapa SMS ana ga dibales?:)

Akhi 9a tau kan ana sering menangis pedih, mengiba pada Yang Satu, mengadu kepada-Nya betapa sulit menjaga hati ini.. Dan hari ini, maafkan ana akhi, ana minta ketegasan akhi.

Jujur za, akhir-akhir ini ana jadi sering bermimpi suatu hari nanti waktu ana sudah pulang, ana akan melewati hari-hari indah bersama akhi dalam ikatan pernikahan.

Ana tuh sering ngerasa kalo akhi sayang banget ma ana, itu yang buat ana berangan-angan suatu hari nanti akhi bakalan jadi suami ana. Belum lagi waktu ditanya 'kenapa kita berdua 9a nikah za?' Akhi jawab 'ntar nunggu ana dapet kerjaan tetep, baru ana lamar ukhti..'

Yah, ana seneng, seneng banget malah.. Tapi ana ga langsung percaya gitu za, ana ragu, ana juga berusaha berhusnudzon kalo hati akhi 9a bakalan terkotori. Lagian ana juga ngaca emangna siapa ana sampe buat akhi jadi begitu..

Akhi, ana 9a minta mahar 100 kg perhiasan emas, ana juga ga minta sebuah pesta pernikahan yang wah, dengan gaun pengantin bersulam sutera n bermanik-manik mutiara, ato bulan madu ke Hollywood.. Ana ga minta itu. Kalo masalah nie mah insyaallah ana udah bisa patuhi perintah-Nya n sunnah kekasih-Nya bahwa wanita yang berkah itu adalah yang paling mudah dinikahi n paling ringan maharnya.. Artinya 9a memberatkan calon suami'na. Apalagi masalah kerjaan, ana 9a pernah minta punya suami yang punya kerjaan tetep. Justru kalo bisa mah ana membantu, menyokong, or mendukung suami ana dalam menafkahi keluarga'na.. Kalo sekarang ana belum mendesak akhi untuk segera melamar, itu karena memang keadaan kita, bukan karena nunggu akhi punya kerjaan tetep..

Akhi, sudilah membalas pesan ana nie, supaya hati ana tenang. Kalo emang bener dugaan ana selama ini, ana bersyukur. Tapi kalo dugaan ana salah, bahwa ternyata selama ini ana salah mengartikan semua bentuk perhatian akhi, ya mohon dimaafkan..

Bales ya, supaya hati ini tenang, dan ana bisa bahagia. Supaya ana ga berharap banyak, n supaya ana ga kecewa lebih dalam lagi andainya nanti akhirnya akhi mempersunting bidadari lain..

Satu lagi, akhi haruz percaya ana, kalo ana ikut apa pun keputusan akhi.. "

Tak lama kemudian, sahabat ikhwannya itu membalas..
" Wa'alaykumsalam.. Afwan ukhti, ana ga bales-bales SMS ukhti bukan karena apa-apa, melainkan karena ana bener-bener 9i sibuk ma kerjaan yang shiftnya 9a tentu? Teruz kalo masalah jodoh, ntu mah ana serahin semua ma Allah,, Demi Allah ana ga ngira kalo ukhti punya perasaan lebih ma ana, sungguh ana merasa sangat bersalah karena sudah membuat seorang ukhti jatuh cinta n berharap banyak ma ana. Teruz kalo masalah yang 'ana bakal ngelamar ukhti kalo udah punya kerjaan tetep' ntu cuma becanda doang.. Karena ana pikir ukhti juga sedang becanda. Sumpah ana ga tau kalo ternyata ukhti beneran?? Ana cuma punya 1 harapan ma ukhti 'Jangan rusak persahabatan kita nie dengan perasaan ukhti, masih banyak yang lebih baik dari ana.. Dan ana ga mau buat ukhti lebih dalam lagi punya rasa itu..' Toh, kalo memang kita ada jodoh kita bakal jadi.. Tapi inget, jangan terlalu berharap.. :-) "

Berderailah air mata si akhwat membaca balasan dari ikhwan harapannya itu. Ia tak kuasa kalau harus tetap menjalin persahabatan dengan seorang ikhwan, dengan hati yang tulus, suci, murni tanpa ada rasa dan makna lain di hati. Dan kini ia memutuskan untuk mundur dari persahabatan mereka, ia ingin menyendiri, dan tak kenal seorang pun ikhwan (siapa pun dia) sampai nanti, sampai ia benar-benar telah siap menikah.

Selasa, 14 April 2009

Sehari Bersama Nabi




"Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya didalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hamba-Mu si Fulan karena tidur dalam keadaan suci."
(HR. Ibnu Hibban)

"Para malaikat berkumpul pada saat shalat Shubuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat Ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat Ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hamba-Ku?', mereka menjawab, 'kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat.' "
(HR. Ahmad)

Taushiah indah



Tuliskan rencanamu dengan sebuah pensil, tapi berikan penghapusnya pada Allah.. Biarkan DIA menghapus bagian-bagian yang salah dan menggantikan dengan rencananya yang indah didalam hidup kita. Karena Allah selalu tahu apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita minta..


Bila Allah cepat mengabulkan doamu, maka Dia menyayangimu. Bila Dia lambat mengabulkannya, maka Dia mengujimu. Bila Dia tidak mengabulkan doamu, maka Dia merancang sesuatu yang lebih baik untukmu. Oleh itu, bersangka baik pada Allah dalam keadaan apapun, karena kasih sayang Allah itu mendahului kemurkaan-Nya..


Ketika hidup memberikanmu seribu alasan untuk menangis, tunjukkan bahwa kamu punya sejuta alasan untuk tersenyum. Nikmati setiap detik waktu dan akhiri kelelahan hari ini dengan keikhlasan..


Senyum adalah pesan kebahagiaan yang paling cepat sampai ke hati, jangan menunggu bahagia untuk bisa tersenyum, tapi tersenyumlah untuk menjemput kebahagiaan..


dia menyembunyikan cinta
tapi air mata mengabarkan rahasia
dan jiwa menunjukkan rasa

doaku, doa kita

Tuhanku.. aku berdoa untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku
seseorang yang sungguh mencintai-Mu lebih dari segala sesuatu
seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua dihatinya setelah Engkau
seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk-Mu

Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting
yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau
dan berusaha menjadikan sifat-sifat-Mu ada pada diri-Nya
dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia..

Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas
seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormatiku
seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah
seorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku
seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi
seorang pria yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku disisinya..

Tuhanku.. aku tidak meminta seseorang yang sempurna
namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna, sehingga aku dapat membuatnya sempurna dimata-Mu
seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
seorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
seorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna

Tuhanku.. aku juga meminta, buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga
berikan aku hati yang sungguh mencintai-Mu sehingga aku dapat mencintainya sekedar cintaku
berikanlah sikap yang lembut sehingga kecantikanku datang dari-Mu
berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya
berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya
berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana, mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap pagi

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku harap kami berdua dapat mengatakan : 'Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna.'

Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan
Amiin..

Bismillahirrahmaanirrahiim..
Ya Allah, seandainya telah Engkau catatkan..
dia tercipta buat pasanganku..
satukanlah hatinya dengan hatiku..
titipkanlah kebahagiaan antara kami..
agar kemesraan itu abadi..
dan Ya Allah, Ya Rabb Yang Maha Mengasihi..
seiringkanlah kami melayari hidup ini..
ke tepian yang sejahtera abadi..

Tetapi Ya Allah..
seandainya telah Engkau takdirkan..
dia bukan pasangan yang Engkau tetapkan..
bawalah ia jauh dari pandanganku..
luputkanlah ia dari ingatanku..
dan peliharalah aku dari kekecewaan..
serta Ya Allah Ya Rabb Yang Maha Mengeti..
berilah aku kekuatan..
melontarkan bayangannya jauh ke dada langit..
hilang bersama senja yang merah..
agarku bisa bahagia..
walaupun tanpa bersamanya..

Ya Rabb yang tercinta..
gantikanlah yang telah hilang..
tumbuhkanlah kembali yang telah patah
walaupun tidak sama dengan dirinya..
berikan yang lebih baik darinya..

Tuhanku.. pasrahkan aku dengan takdir-Mu..
sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan, adalah yang terbaik buatku..
karena Engkau Maha Mengetahui segala yang terbaik buat hamba-Mu ini..

Ya Allah.. cukup Engkau saja yang menjadi pemeliharaku.. di dunia dan di akhirat..
dengarkanlah rintihan dari hamba-Mu yang dhaif ini..
jangan Engkau biarkan aku sendirian di dunia maupun di akhirat..
jangan juruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran..
maka karuniakanlah aku seorang pasangan yang beriman dan sholeh..
supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup..
ke jalan yang Engkau ridhai..

Ya Rabb.. jika tak tulus jiwaku..
halangi segala hasratku untuk pandai dan mengerti kenyataan ini..
namun jika Kau lihat cukup ketulusanku..
anugerahi setetes ayat-Mu agar menjadi tindakanku..