Aneh. Bagi si akhwat ini semua aneh. Belum pernah ia seakrab itu dengan seorang lelaki. Jangankan akrab sampai curhat, diajak berkenalan pun rada susah. Tapi ini aneh, harusnya ia malu karena telah berani menyampaikan pernyataan kepada seorang ikhwan tentang perasaannya. Harusnya ia tidak perlu lagi berkomunikasi dengan seorang ikhwan yang telah jelas tak ada maksud lain kepada dirinya selain sahabat. Sekali lagi, aneh. Sering ia bertanya dalam hati 'sampai kapan akan begini?' .
Ingin ia menepis semua rasa yang ada didalam hati. Ingin ia tulus bersahabat dengan ikhwan itu.
Mungkin akhwat tersebut sangat menyayangkan jika sampai kehilangan seorang seperti sahabatnya itu. Dimatanya, ikhwan itu memiliki semua yang ia inginkan. Ia suka cara ikhwan itu meladeni dirinya, marahnya, cueknya, pedulinya, dan semuanya. Dan herannya lagi, ia bisa mencurahkan sedemikian kasihnya kepada sahabat ikhwannya. Suatu hal yang tidak bisa ia lakukan selama ini. Dan ia juga merasa ikhwan itu sungguh menghargai dan menikmati semua pemberiannya. Sebenarnya, kalau saja ia bisa meninggalkan ikhwan itu, selesailah masalah yang menyangkut hatinya. Toh, ia sekarang aman. Tempat kerjanya mendukung ia untuk tidak bertemu dengan seorang lelaki manapun. Dan selama ini sangat jarang lelaki mengenalnya. Teman lelaki, bisa dihitung dengan jarinya.
Di suatu malam ia berdoa,
" Ya Rabbi, siapa sebenarnya ikhwan itu? Mengapa susah sekali menepis bayangnya? Hamba ingin melupakan dia walau satu detik saja..
Ya Rabb.. Hamba mohon sucikan hati ini. Hamba mohon bersihkan hati hamba.. Hamba memang menginginkannya.. Tapi sungguh hamba serahkan semua kepada-Mu..
Duhai Rabb.. Jika ada kasih antara kami, sungguh kami menitipkan kasih ini kepada-Mu. Karena kami sungguh lemah, tak akan mampu memikul beban kasih dari-Mu. Amin.. "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar