Rabu, 13 Mei 2009

Episode Cita (bag. 2)

Sebuah bus malam agak besar membawanya pergi jauh. Sepanjang jalan, gadis muda berhati lembut menjumpai bintang-bintang yang bertaburan di langit hitam. Seingatnya ini adalah malam paling banyak bintang. Seingatnya belum pernah ia melihat bintang sebanyak malam ini. Bus itu berangkat pukul 21.00 tepat waktu Kuala Lumpur. Ia diantar oleh salah seorang anak perempuan ejen berambut pirang. Ia memanggilnya Kak Ila. Kak Ila baru saja beberapa bulan mengundurkan diri dari tempat kerjanya di sebuah hotel berbintang lima di Kuala Lumpur. Ia mengundurkan diri karena menurutnya gaji sebesar RM.2000 atau sekitar enam juta rupiah tidak cukup untuk hidup di Kuala Lumpur. Gadis muda berhati lembut jadi teringat laki-laki yang dikasihinya. Laki-laki itu juga bekerja di sebuah hotel di jantung kota provinsinya. Gadis muda melihat Kak Ila itu cantik sekali. Ia jadi berpikir teman-teman kerja wanita laki-laki yang dikasihinya juga pasti cantik-cantik.

Pukul 01.00 dini hari bus belum juga sampai. Gadis muda berhati lembut tidak tahu bus yang ia naiki itu akan membawanya kemana. Ejen berambut pirang juga tidak memberi tahu berapa jam ia akan berada didalam bus.

Mendekati pukul 04.30 gadis berhati lembut terbangun dari tidurnya. Ia lihat bangku di sekelilingnya sudah kosong. Hanya tinggal ia berdua dengan sopir bus. Rasa takut pasti ada didalam dadanya, tapi ia tidak mau berpikir macam-macam. Ia maju, duduk di bangku tak jauh dari sopir. Ingin bertanya seberapa lagi jauh perjalanannya. Seketika itu di depan jalan, ia melihat beberapa orang berseragam polisi menyetop bus yang dinaikinya. Ia benar-benar takut. Pasalnya, ia orang asing disana. Entah, paspornya dimana. Ia langsung bilang kepada sopir didekatnya
"Pakcik, cemana ini, saya takda paspor?"

"Ah, tak apa, duduk saja."

Gadis muda duduk diam agak bersembunyi di kursi agak belakang. Bus tetap melaju dengan tenangnya. Sopir itu bertanya
"Memangnya paspor adik mana?"

Gadis muda hanya menggeleng-gelengkan kepala dan menjawab tak tahu.

Pukul 05.00 tepat, sopir bus turun dan berbincang dengan seorang lelaki agak gendut memakai sarung. Lalu menyuruh gadis muda untuk turun. Ia bilang laki-laki itu adalah orang yang menjemputnya.

Didalam mobil, lelaki agak gendut menyetel kaset murottal. Hati gadis muda semakin tenang karena ia yakin bahwa dirinya aman.

Keesokan harinya, ada seorang ibu yang anggun berbaju ungu beserta suaminya datang kerumah lelaki agak gendut. Lalu gadis muda dipanggil dan ditunjukkan ikut dengan sepasang suami isteri itu. Gadis muda mencium tangan ibu anggun berbaju ungu sambil memperkenalkan namanya dan bertanya
"Ibu majikan saya?"

"Oh, tak. Nanti adik duduk umah ibu saya.."

Di perjalanan menuju rumah majikan, sepasang suami isteri itu menasihati gadis muda berhati lembut agar bersabar hidup bersama dengan seorang nenek berusia delapan puluh enam tahun. Gadis muda mendengarkan. Ia meminta doa dari sepasang suami isteri itu agar diberi kemudahan.

Mobil sedan Toyota yang dinaiki gadis muda berhati lembut berhenti di pelataran sebuah rumah panggung berdinding papan. Suami isteri itu bilang itu adalah rumah orangtuanya yang berarti akan menjadi tempatnya bekerja selama dua tahun kontrak.

Mereka bertiga masuk. Lalu gadis muda dipertemukan dengan seorang nenek tua berusia delapan puluh enam tahun. Gadis muda mencium tangan nenek tua dengan penuh ta'zhim. Nenek tua bertanya siapa namanya. Gadis muda berhati lembut menyebutkan namanya. Subhanallah, nenek tua memuji nama gadis muda. Bagus sekali namanya, katanya.

Saat itu juga, gadis muda berhati lembut meminta agar suami isteri yang mengantarnya menelpon ayahnya di kampung untuk mengabarkan bahwa dirinya telah aman.

Tidak ada komentar: