.jpg)
Hampir semua orang yang mengenal akhwat yang satu ini mengatakan bahwa akhwat ini orangnya baik sekali. Ibunya, ayahnya, adik-adik, teman, bahkan atasannya. Semuanya bilang kalau akhwat ini baik. Hmm.. Kalau sudah ada orang yang ngomong seperti itu biasanya si akhwat hanya sedikit tersenyum, lalu menimpali 'kamu bisa bilang aku ini orangnya baik, karena kamu belum tau kekuranganku. Nanti kalo kamu udah tau kekuranganku (aibku), aku ga yakin kamu akan tetep mau jadi temenku..' .
Rupanya, akhwat tersebut pernah trauma dengan kawan yang pernah memujinya. Dulu, beberapa tahun lalu, ia sempat dekat dengan teman akhwat yang masih terbilang tetangganya, mereka satu halaqah. Dalam kurun waktu itu, mereka selalu bersama-sama, berbagi apa yang ia punya, yah, keseringan berbagi cerita, ilmu, dan asa. Teman itu mungkin memang benar-benar merasakan kebaikan akhwat tersebut, hingga temannya itu berkata ' iih.. Kamu ini baik banget ya? Aku harus belajar dari kamu. Aku bersyukur punya temen kaya' kamu.. '. Lalu, berjalanlah waktu, dan seketika akhwat tersebut khilaf dan melakukan kesalahan yang sebenarnya masih sangat-sangat bisa diperbaiki. Lalu karena merasa bersalah, akhwat itu semakin menjauh dari teman-temannya (sesama akhwat), dia sungguh merasa bersalah dan ingin menyendiri, memperbaiki kesalahannya. Teman yang tadi dekat dengannya sering mencari-cari, kerumahnya, atau mencoba telepon dan SMS. Teman itu berkali-kali mendatanginya, dan selama itu pula menghakimi akhwat tersebut, memaparkan semua kesalahan-kesalahan yang dilakukan akhwat itu. Sampai akhwat tersebut tercengang dan tak bisa berkata apa-apa. Setiap kali temannya datang, ia hanya mempersilahkan temannya duduk, lalu ia diam mendengar semua dakwaannya. Ia tak bisa berkata apa pun. Pernah, beberapa kali ia mencoba bertanya masalah lain, mencoba membuka pembicaraan ' gimana sih cara daftar untuk pemilih Bupati ' (kebetulan waktu itu mendekati pemilihan Bupati), dan Anda tahu apa jawaban temannya? Temannya menjawab ' Huuh.. Makanya liqo' jadi udah terdaftar' . Oo.. Begitu. Akhwat itu hanya bisa berusaha melapangkan dadanya dan introspeksi, memang dia salah. Pernah juga ia meminta kesempatan untuk memperbaiki semuanya, tapi temannya menjawab ' Ih, kamu ini pengennya dimengerti, tapi ga mau ngertiin keadaaan orang lain.' . Iya, iya, memang akhwat itu salah. Dan rupanya satu kesalahan itu telah berhasil menghapus seluruh kebaikan yang selama ini berusaha ia torehkan dalam kanvas kehidupannya.
Kini temannya telah menikah. Sungguh ia merasa ikut bahagia atas pernikahannya. Namun ia enggan menghadiri walimatul 'ursy teman yang pernah dekat dengannya itu. Waktu itu ia sengaja pergi ke Bandung, dengan harapan ada alasan jika nanti ada yang bertanya kenapa tidak hadir ke walimahan temannya.
Mungkin terlalu dalam luka yang temannya torehkan ke hatinya. Sebenarnya akhwat tersebut sungguh-sungguh tidak ingin kalau hatinya ada suatu rasa ketidakridhaan terhadap seseorang. Ia takut kalau sampai ia mati masih membawa luka itu. Namun mau bagaimana lagi? Ternyata waktu lebih dari satu tahun (hingga saat ini) belum mampu menghapus luka itu. Ia masih menangis kalau tak sengaja ingat kejadian yang sempat membuatnya drop dan putus asa pada dirinya sendiri.
Dan kini setiap ada teman-teman atau siapa pun yang bilang kalau akhwat ini orangnya baik, ia pasti menyanggah. Ia selalu bilang ' Kamu bisa bilang aku ini baik, karena kamu belum tau kekuranganku. Nanti kalo kamu udah tau kekuranganku, aku ga yakin kamu masih mau jadi temenku.. '


Tidak ada komentar:
Posting Komentar